Salting Out
Salting Out adalah
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar
dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri
dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
Pengendapan pada
metode salting-out
terjadi karena proses persaingan antara garam dan protein untuk mengikat air.
Grup ion pada permukaan protein menarik banyak molekul air dan berikatan dengan
sangat kuat. Contohnya Amonium sulfat yang ditambahkan ke dalam larutan protein
akan menyebabkan tertariknya molekul air oleh ion garam. Hal tersebut
disebabkan ion garam memiliki densitas muatan yang lebih besar dibandingkan
protein. Kekuatan ionic garam pada konsentrasi tinggi semakin kuat sehingga
garam dapat lebih mengikat molekul air. Menurunnya jumlah air yang terikat pada
protein menyebabkan gaya tarik menarik antara molekul protein lebih kuat bila
dibandingkan dengan gaya tarik menarik anatara molekul protein dan air
(mempertinggi interaksi hidrofobik), sehingga protein akan mengendap dari
larutan atau berikatan dengan kolom hidrofobik. Selama proses salting-out,
konsentrasi garam harus tetap dijaga agar tidak menurun dalam larutan sehingga
tidak terjadi pengendapan yang bersamaan antara protein yang ingin dimumikan
dan protein yang tidak diinginkan.
Pengendapan protein
dengan penambahan garam
Pengendapan protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan protein globuler (Wirahadikusumah, 1981). Lebih lanjut Thena wijaya (1987) menjelaskan bahwa pada umunya dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein semakin besar, tetapi setelah mencapai titik tertentu kekuatannya justru akan semakin menurun. Pada kekuatan ion rendah gugus protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan sehingga terjadinya interaksi antar protein, dan akibatnya kelarutan protein akan menurun. Jenis garam netal yang biasa digunakan untuk pengendapan protein adalah magnesium klorida, magnesium sulfat, natrium sulfat, dan ammonium sulfat.
Pengendapan protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang berbeda daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan protein globuler (Wirahadikusumah, 1981). Lebih lanjut Thena wijaya (1987) menjelaskan bahwa pada umunya dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein semakin besar, tetapi setelah mencapai titik tertentu kekuatannya justru akan semakin menurun. Pada kekuatan ion rendah gugus protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan sehingga terjadinya interaksi antar protein, dan akibatnya kelarutan protein akan menurun. Jenis garam netal yang biasa digunakan untuk pengendapan protein adalah magnesium klorida, magnesium sulfat, natrium sulfat, dan ammonium sulfat.
titik isoelektrik
adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah dan mudah membentuk
agregat dan mudah diendapkan (Sudarmadji, 1996). Berbagai protein globular
mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variable yang mempengaruhi
kelarutan ini dalah pH, kekuatan ion, sifat dielektrik pelarut dan
temperature. Setiap protein mempunyai pH isoelektrik, dimana pada pH isoelekrik
tersebut molekul protein mempunyai daya kelarutan yang minimum. Thenawijaya
(1987) menjelaskan bahwa perubahan pH akan mengubah ionisasi gugus fungsional
protein, yang berarti pula mengubah muatan protein. Protein akan mengendap pada
titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan total protein sama
dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi maksimum.
Masukkan 100 cc susu
ke dalam gelas kimia, lalu campurkan 100 cc air. Diaduk terus-menerus sambil
diteteskan larutan HCl 10% hingga terlihat keping-keping dalam cairan itu, yaitu
kasein yang mengendap pada titik -isoelektrik pH 4,7. Tambahkan asam yang
berlebih, kasein larut kembali. Biarkan air tersebut selama 10 menit. Lalu
tuangkan cairan itu ke dalam gelas kimia lainnya, sehingga sisanya yang masih
ada disaring ( kasein dan cairan ).
Titik
isolistrik pada albumin adalah pada pH 4,55-4,90 (Poedjiadi, 1994).
Seperti
asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai
muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk
ion positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. Pada
titik isolistrik protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama,
sehingga tidak bergerak ke arah elektroda positif maupun negatif apabila
ditempatkan di antara kedua elektroda tersebut. Protein mempunyai titik
isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena
pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik ini.
Pada pH di atas titik isolistrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah
titik isolistrik, protein bermuatan positif. Adanya gugus amino dan karboksil
bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai
banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam
maupun basa). Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak
sama, tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam molekul.
Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+,
sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi)
molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif. Pada pH
isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan
sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
Pengendapan protein
oleh garam
Larutan albumin dalam
air dapat diendapkan dengan penambahan amoniumsulfat ((NH4)2SO4) hingga jenuh
(Poedjiadi, 1994). Setelah larutan albumin dijenuhkan dengan (NH4)2SO4, uji
kelarutan endapan yang terjadi dengan air menunjukkan hasil positif (endapan
larut membentuk butiran). Kemudian butiran direaksikan dengan pereaksi milon,
dan bereaksi positif dengan ditandai endapan berwarna kemerahan. Uji filtrat
dengan pereaksi biuret juga menunjukkan hasil poisitif yang ditandai larutan
berwarna ungu violet. (Poedjiadi, 1994).
Apabila kadalam larutan protein ditambahkan larutan garam-garam
anorganik dengan konsentrasi tinggi, maka kelarutan protein akan berkurang
sehingga membentuk endapan. Proses ini terjadi karena adanya kompetisi antara
molekul protein dengan ion anorganik dalam mengikat air (hidrasi). (Sumardjo 1998)
Credit: :
http://makalahkumakalahmu.net/2008/11/07/prosedur-kerja-untuk-pengendapan-protein-dan-penentuan-protein/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar